Semua manusia menganggap bahwa manusia adalah ciptaan tuhan yang paling sempurna.
Menurut saya mereka semua terlalu sombong untuk mengatakan bahwa mereka adalah makhluk yang sempurna.
Lebih menjerumus lagi,
laki-laki lebih sempurna daripada perempuan.
Hampir semua manusia berpikiran seperti itu,
dan perempuan sebagai makhluk nomor 2, mengiyakannya dengan begitu saja.
Saya tidak suka melihat pemikiran-pemikiran yang dianut oleh sebagian besar orang tersebut, menurut saya mereka salah kaprah. Tanpa ada urusan dengan asal perempuan dari tulang iga laki-laki dan puluhan bidadari cantik yang dijanjikan di sorga, saya ingin menceriktakan pandangan saya bahwa lelaki adalah sisi buruk perempuan.
Cerpen saya berjudul manusia setengah manusia karena menurut saya tidak ada manusia yang benar-benar sempurna seperti apa yang diharapkan, diidam-idamkan, dan dikhayalkan oleh orang-orang.
Sekedar memberi tahu, saya tidak bisa membuat cerpen.
Jadi harap maklum kalau cerpen saya jelek, he he he
Selamat membaca,
Salam #mawarnakal saja ...
Manusia
Setengah Manusia
Manusia tidak pernah sempurna dalam pemikirannya,
selalu ada cacatnya,
begitu juga aku, kamu, dan mereka,
tanpa terkecuali, semua manusia dalah cacat.
selalu ada cacatnya,
begitu juga aku, kamu, dan mereka,
tanpa terkecuali, semua manusia dalah cacat.
Kecacatan bermula dari ketidakpuasan,
dan bertambah cacat ketika menuntut perubahan,
perbedaan keadaan dari satu keadaan ke keadaan sebelumnya dinilai suatu anugerah.
dan bertambah cacat ketika menuntut perubahan,
perbedaan keadaan dari satu keadaan ke keadaan sebelumnya dinilai suatu anugerah.
Tetapi,
tidak sembarang orang yang bisa menerima anugerah.
tidak sembarang orang yang bisa menerima anugerah.
Di teras rumah, malam hari.
Pada
saat itu banyak bintang bertebaran tidak tertata rapi di langit, sehingga
banyak orang yang bermuluk-muluk berharap ada bintang jatuh dan bermuluk-muluk
juga meminta permintaannya dikabulkan.
“Kamu inginkan anak
kita terlahir perempuan atau lelaki?” Tanya seorang ibu yang sudah hamil lebih dari
3 bulan.
“Untukku
sama saja, perempuan atau lelaki sama saja. tetapi aku sudah mempersiapkan nama
yang bagus kalau anakku nanti terlahir perempuan. Namanya adalah Rosena. Mungkin
nama panjangnya Rosena Virginia Putri, ya, Rosena Virginia Putri Kartono, namaku
terletak di belakang namanya. Aku tidak bisa mendefinisikannya, yang pasti ada
unsur keindahan bunga mawar, kecantikan wanita, dan keagungan seorang perawan, tak
lupa juga namaku dibelakang anak itu nanti, agar orang tahu siapa bapaknya”
Jawab suami ibu tersebut dengan lantang dan penuh semangat.
“Bagaimana
kalau anak kita terlahir laki-laki? Firasatku berkata anak dalam kandunganku
ini laki-laki.” Tanya ibu hamil itu dengan nada agak cemas. Ibu hamil tersebut
mendadak cemas ketika mlihat wajah suaminya yang tampak girang berbunga-bunga.
“Aku khan sudah bilang
tidak apa-apa, sama saja. Hanya saja, kalau anakku terlahir perempuan aku sudah
menyiapkannya sebuah nama.” Tanpa diketahui sebabnya, percakapan sepasang suami
istri tersebut tiba-tiba saja mulai terasa seperti perdebatan sengit.
“Sepertinya kamu tidak
siap punya anak, anak laki-laki maksudku.”
“Kalau aku bilang tidak
apa-apa ya tidak apa-apa, jangan kamu permasalahkan. Lebih baik kamu fokus
merawat kandunganmu saja. Terlahir perempuan atau laki-laki sama saja.”
“Aku tahu sifatmu,
sudah berapa lama kita saling kenal?
Kalau kamu ingin mendapat sesuatu kamu akan berusaha untuk mendapatkannya.
Sekali ini, kamu tidak bisa berbuat apa-apa kalau anakmu terlahir laki-laki.”
Kalau kamu ingin mendapat sesuatu kamu akan berusaha untuk mendapatkannya.
Sekali ini, kamu tidak bisa berbuat apa-apa kalau anakmu terlahir laki-laki.”
“Sepertinya kamu yang
bermasalah,
aku tidak memiliki masalah dalam kelamin anak kita nanti Bu.
Sudah kenal cukup lama tetapi kamu belum juga mengenal aku.”
aku tidak memiliki masalah dalam kelamin anak kita nanti Bu.
Sudah kenal cukup lama tetapi kamu belum juga mengenal aku.”
“Aku mengenalmu, dan
sangat mengenalmu.”
“Kalau kamu mengenalku seharusnya
kamu tidak mengkhawatirkanku.”
“Karena aku sangat mengenalmu
dalam waktu yang cukup lama di LSM,
itu yang membuatku khawatir.” Suara ibu hamil tersebut terdengar datar.
itu yang membuatku khawatir.” Suara ibu hamil tersebut terdengar datar.
“Apa yang kamu
khawatirkan dari aku?” Suaminya pun juga menjawab dengan suara yang tak kalah
datar.
“Kamu terlalu
mengagung-agungkan sosok berkelamin wanita.
Sampai-sampai dipikiranku kamu menganggap bahwa lelaki tercipta dari sisi buruk perempuan.”
Sampai-sampai dipikiranku kamu menganggap bahwa lelaki tercipta dari sisi buruk perempuan.”
“Ya, itu memang benar.
Lalu apa masalahnya.”
“Masalahnya bagaimana
kalau anak kita nanti terlahir laki-laki.”
“Hentikan!” tiba-tiba
saja suami membentak dan dapat digambarkan dengan jelas suasana pada waktu itu menjadi
sepi sesepi berada di dasa lembah.
Tanpa pertanyaan dan pernyataan lagi,
Malam itu percakapan suami istri tersebut seketika berakhir.
Malam itu percakapan suami istri tersebut seketika berakhir.
“Kelamin adalah masalah sepele bentuk alat kencing.”
Hal tersebut merupakan keyakinan yang setiap hari selama bertahun-tahun selalu
dikuatkan dalam hatinya, hati seorang bapak yang berusaha menerima kenyataan bahwa
anak perempuan yang diharapkannya ternyata berkelamin laki-laki.
Setelah lebih dari 16 tahun,
percakapan tersebut tak pernah terdengar lagi kelanjutannya, sekali pun.
percakapan tersebut tak pernah terdengar lagi kelanjutannya, sekali pun.
“Seno, jangan lupa
pulang sekolah langsung buat KTP ya nak.” Pesan ibu kepada anaknya sebelum
berangkat sekolah dengan berjalan kaki.
“Iya
Bu.” Jawab anak yang bernama panjang Roseno Putra Kartono dengan lembut. Anak
lelaki itu pun segera berangkat ke sekolah, dengan perasaan tidak senang
seperti biasanya. Dan tidak ada yang tahu.
Pergaulan sesat adalah pergaulan bangsat,
yang bangsat adalah yang jalang,
dan yang jalang cuma wanita, aku.
yang bangsat adalah yang jalang,
dan yang jalang cuma wanita, aku.
Sekolah adalah tempat membosankan dan paling
memuakan untuk Seno,
dan tak ada yang tahu, hanya Seno dan kawan-kawannya yang mengetahui keberadaan sebenarnya.
Hari-harinya dilalui dengan sebutan banci, jalang, keple, dan sebagainya yang bernada melecehkan sosok kelaki-lakiannya.
dan tak ada yang tahu, hanya Seno dan kawan-kawannya yang mengetahui keberadaan sebenarnya.
Hari-harinya dilalui dengan sebutan banci, jalang, keple, dan sebagainya yang bernada melecehkan sosok kelaki-lakiannya.
Apa salahnya memiliki gaya bicara yang lembut?
Apa salahnya aku suka berpakaian rapi?
Apa salahnya aku tidak suka melihat sesuatu yang kotor?
Apa salahnya aku?
Aku tidak bersalah!
Apa salahnya aku suka berpakaian rapi?
Apa salahnya aku tidak suka melihat sesuatu yang kotor?
Apa salahnya aku?
Aku tidak bersalah!
Pertanyaan tersebut selalu dipertanyakan Seno setiap
hari sedari kecil, apa yang salah dari hidupnya?
Perempuan
tidak pernah bersalah, kenapa dijadikan sebagai alasan olok-olokan? Apa yang
jalang cuma perempuan? Pelacur laki-laki pun ada. Dan mereka lebih munafik
daripada pelacur perempuan yang berani terang-terangan mengakui dirinya sebagai
pelacur.
Apa suka bersih dan rapi itu salah? Kalau pun salah.
sekarang sudah banyak wanita tomboy.
Apakah masih salah? Bukannya emansipasi wanita sudah ada lama?
Aku percaya perempuan tercipta tidak untuk disalahkan dan dijadikan salah.
Apakah masih salah? Bukannya emansipasi wanita sudah ada lama?
Aku percaya perempuan tercipta tidak untuk disalahkan dan dijadikan salah.
Aku
jadi ingat sewaktu aku masih kecil, ketika itu aku menghabiskan sore hingga
malam hari bersama bapakku. Aku lupa alasannya, dan tiba-tiba saja aku bertanya
kepada bapakku, “Pak, beda laki dan perempuan itu apa?”.
“Kamu
kenapa Tanya? Kamu pengen jadi perempuan?“, jawab bapak sembari tertawa.
“Bedanya apa Pak?” Aku
pertegas pertanyaanku.
“Kamu dengar baik-baik,
lelaki adalah sisi buruk wanita.”
“Apa itu wanita Pak?” Sahutku.
“Wanita itu perempuan.
Bapak ulang ya, kamu dengarkan. Dan jangan dipotong, kalau kamu memotong
omongan orang lain berarti kamu tidak sopan. Kamu seharusnya sopan seperti
ibumu, ibumu perempuan yang sangat sopan, dan juga cerdas. Lelaki adalah sisi
buruk perempuan, dan perempuan adalah wujud sempurna dari laki-laki.“
“Maksudnya apa Pak?”
“Maksudnya, perempuan
lebih baik dari laki-laki, seperti itu.”
“Kalau banci Pak?”
“Banci? Menjadi banci
itu tidak salah. Kesalahan mereka adalah mereka tidak bisa menerima keadaan
yang sebenarnya kalau mereka laki-laki. Mereka terlalu mengagumi sosok
perempuan, sehingga merubah dirinya agar seperti perempuan.”
“Kalau begitu yang
menentukan lahir sebagai laki dan perempuan siapa Pak?”
“Kalau kelamin bisa
ditentukan, lalu bagaimana ada lelaki di dunia? Pasti mereka semuanya memilih
menjadi perempuan. Kelahiran tidak bisa ditentukan.”
“Kelahiran tidak bisa
ditentukan? Seperti mbak-mbak mahasiswi di seberang rumah? Yang diusir orang
tuanya karena hamil? Hamil asalnya darimana Pak..?”
“Aku masih ingin
menanyakan hal pada malam itu, tetapi bapak segera menyuruhku untuk masuk
kamar. “Sudah malam, kamu masuk kamar sana, belajar biar pinter. Jangan tidur
terlalu malam juga.”
Malam itu mata bapak terlihat berkata kepadaku “kamu
tidak sopan”.
Tiba-tiba saja ada yang melempar sesuatu ke
kehidupanku,
mengoyakkan pikiranku, sehingga pikiranku berantakan.
mengoyakkan pikiranku, sehingga pikiranku berantakan.
“Plak!” Suara buntalan
kertas bekas yang dilempar ke kepalaku. Aku tahu itu kertas bekas setelah
melihatnya terjatuh di lantai setelah mengenai kepalaku.
“Bajingan!”
Tiba-tiba saja aku dapat mengeluarkan makian. Seketika itu kelas menjadi sepi,
semua orang melihatku. Mungkin aku terbiasa mendengar makian-makian yang
diberikan untuk, dan aku hanya berusaha mengembalikannya dalam bentuk 1
frasa. Aku paling benci kalau aku
terganggu saat asyik berjalan-jalan dalam pikiranku. Kalau pikiranku terganggu,
dan aku tersesat, lalu siapa yang harus disalahkan?
“Kamu
ngomong apa Seno! Segera keluar, jangan masuk pelajaran saya hari ini!” Bentak
guru baru berkelamin lelaki yang sedang mengajar, padahal beberapa bulan yang
lalu dia cuma numpang KKN di sekolahku.
Dan aku keluar begitu
saja tanpa dimintai dan memberi penjelasan apa pun.
“Dasar
Mawar banci! Nama kamu diganti Rosena saja, biar lebih imut!” Makian
teman-temanku yang sering kudengar itu, seperti memberi sorak-sorai bangga
kepadaku, karena ini adalah pertama kalinya aku berkata kotor dengan mengumpat
bajingan. aku berhenti sebentar, tidak ada lagi makian yang kudengar. Aku lihat
orang-orang yang melihatku, termasuk guru baru yang tiba-tiba saja membentak
dan mengusirku keluar tanpa tahu duduk perkaranya.
Aku
merasa hebat, hari ini umurku 17 tahun. Umur
tersebut adalah umur diakuinya keberadaan seseorang, yang dilambangkan
dengan dimilikinya KTP. Aku menyambutnya dengan umpatan. Aku berharap bapakku
tidak tahu, aku takut tidak diakui sebagai anaknya karena aku tahu sifat
bapakku yang yang tidak suka dengan hal-hal yang berbau kerusuhan.
Aku masih berdiri dengan kesombongan,
kebanggan tersebut aku dapatkan bersusah payah dalam waktu yang cukup lama.
Biar saja orang lain melihat heran,
yang pasti aku tidak boleh heran kepada diriku sendiri,
karena aku sendiri yang tahu diriku sendiri.
kebanggan tersebut aku dapatkan bersusah payah dalam waktu yang cukup lama.
Biar saja orang lain melihat heran,
yang pasti aku tidak boleh heran kepada diriku sendiri,
karena aku sendiri yang tahu diriku sendiri.
Aku
masih berdiri di depan kelas, dengan gagah berani layaknya pahlawan proklamasi.
Aku ingin menunjukan kepada orang-orang yang melihatku, kalau cuma disuruh
berdiri seperti ini tidak terasa apa-apa buatku. Aku ingin membuktikan kepada
guru baru yang lagaknya sok hebat, kalau aku tidak butuh bangku sekolahan dimana
ada pengajar yang tidak masuk akal seperti dia.
“Ini
jam pelajaran saya. Kamu masuk kelas saja, kamu sudah tidak disetrap. Saya
perbolehkan kamu masuk.” Ucap seorang ibu guru setengah baya kepadaku. Aku
sekarang jadi tahu apa yang dimaksudkan bapakku “lelaki adalah sisi buruk
perempuan”.
“Tidak Bu, saya memilih
disini. Sudah terlanjur nyaman. Saya bebas memikirkan apa yang ingin saya
pikirkan, tidak seperti didalam kelas. Saya juga bosan, saya ingin berdiri di
sini sampai jam sekolah selesai.”
“Itu terserah kamu, itu
pilihanmu. Kalau kamu kelelahan, kamu boleh masuk dan duduk di kelas.” Jawab
ibu guru tersebut kemudian masuk ke kelas untuk mengajar.
Aku manfaatkan waktu
itu untuk menikmati kesendirianku.
Aku
ingin segera pulang, dan segera membuat KTP,
dan waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Setelah bel berbunyi aku segera
masuk kelas. Sewaktu itu bu guru ramah tadi masih mengajar. Saya segera ambil
tas begitu saja, dan berpamitan.
Teman-teman
di kelas melihat ada yang berbeda denganku, mereka hanya melihat
terheran-heran. Aku berpikir mungkin karena umurku sudah 17 dan sifat alami
laki-lakiku keluar.
Di Kelurahan aku disuruh mengisi formulir biodata
untuk KTP. Aku bingung.
tanpa disadari aku menulis kelaminku perempuan dan namaku Rosena Putri Kartono.
tanpa disadari aku menulis kelaminku perempuan dan namaku Rosena Putri Kartono.
Dibuat dari jam 15.00 sampai jam 16.23,
18 Desember 2012
18 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar