Kamis, Desember 06, 2012

Saya Sedang Asik Menunggu


Tuhan itu adil,
sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit, selalu bagaikan pisau bermata dua,
berbuat baik atau buruk,
semua pada akhirnya diterima kembali lagi kepada yang memberikannya.

Pemberian itu bisa secara perlahan,
dengan proses timbal balik terasa biasa-biasa saja,
dan bisa juga dengan proses timbal balik yang tidak biasa, yaitu secara keseluruhan,
seperti kredit dan kontan.

Proses timbal balik secara langsung seringkali tidak terasa,
tidak dianggap berarti, dan terkesan tidak terjadi hal apa-apa.

Yang menarik adalah proses seseorang ketika menerima hasil tabungannya selama ini.
Yang baik menerima segala kebaikan yang berlipat dalam waktu sekejap,
begitu juga yang berbuat keburukan.


Melihat hal ini adalah hal yang menyenangkan,
hal ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu...

Hal ini tidak siapa pun yang bisa menduga,
belum pernah ada orang yang tahu tentang hal apa yang akan terjadi.

Kalau yang terlihat kebaikan,
maka kebaikan itu akan menimbulkan kebahagiaan bagi yang melihatnya.

Kalau yang terlihat adalah keburukan,
maka keburukan itu akan menimbulkan amarah bagi yang melihatnya,
bukannya merasa kasihan, tetapi malah menciptakan kebahagiaan tersendiri untuk orang-orang yang senang melihatnya.
Hal ini mutlak kepada siapa saja,
temasuk kepada religian yang melihat orang yang dianggapnya kafir terlihat asyik menderita.



Saya lebih suka istilah ini :

Barang siapa suka menjegal kaki orang lain,
suatu saat orang tersebut akan kesampar kepalanya.



Saya melihat sendiri, dengan mata kepala saya,
dan saya mendengar sendiri, dengan telinga saya,

Seorang religian yang merasa sudah lama merasa menabung banyak,
suatu saat mendapat mendapatkan tabungan itu secara kontan, beserta bunganya,
tiba-tiba saja seketika itu menjadi terasa sombong.

Koar-koar dimana-mana terdengar,
tentang kebaikannya selama ini yang dikembalikan oleh sang pemberi,
tentang kebaikan sang pemberi kepadanya, yang memberikannya bunga,
tentang kebaikan yang ada di sekitarnya,
dan semua tentang kebaikannya dikeluarkan dari mulutnya,
dimana-mana, dan kapan saja.

Sekarang ini yang terjadi adalah,
tidak lagi menabung, karena dirasa bunga tabungannya saja sudah cukup untuk kesehariannya,
tidak lagi menangis berkekurangan sesuatu, tetapi menangis karena terlalu bahagia,
tidak lagi ingat kepada kebaikan yang ada disekitarnya,
dan semua tentang lupa diri dikeluarkan dari mulutnya,
dimana-mana, dan kapan saja.


Saya tidak tahu apa yang ditabung,
kebaikan dalam kedok kereligian,
atau keburukan dalam kedok kereligian..?


Saya sedang asyik menunggu,
dan masih setia menunggu hasil panen tiba untuk kesekian kalinya..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar