Rabu, April 01, 2015

Mencintaimu Adalah Buang-Buang Waktu

Mencintaimu adalah buang-buang waktu.
Sejak awal sudah kutahu kalau ini bakal tak tentu.

Lebih dari 1000 hari bercinta denganmu,
Dan kau tiba-tiba saja menghilang tanpa ada sedikit jejakmu.

Aku tak tahu harus mengejarmu ke mana dan sampai mana.
Tidak ada jejak.
Yang aku hafal benar adalah bau tubuhmu.

Saat ini aku mengingat jelas aroma tubuhmu,
Semakin kuingat, semakin kulupa.
Dan yang kuingat adalah aroma parfum imitasi wanita yang sering kutemui di jalan-jalan.

Bukan ku tak mencintaimu, lagi.
Aku hanya takut lupa tentangmu.

Terlalu sering berjumpa, semakin sering terlupa karena dianggap sepele.
Aku tak mungkin seperti itu, kamu bukan keple.

Aku sudah berikan 1000 hari untukmu, tanpa pamrih.
Aku hanya ingin mengucap terima kasih karena kamu sudi menerimanya.

Dan tak kuduga juga kamu menerima hari-hari orang lain.

Kita Begitu Romantis Bukan?

Sebagian diriku adalah amarah,
Sebagian diriku adalah hujan,
Sebagiannya lagi adalah kenangan dan bayang-bayang,
Dan sisanya cuma kamu yang tahu.

Sebagian dirimu adalah kelembutan,
Sebagian dirimu adalah kapas,
Sebagiannya lagi adalah pandangan kosong tanpa bayang,
Dan sebenarnya cuma kamu yang tahu.


Ketika hujan amarah berpelukan,
ada pandangan-pandangan kosong tanpa bayang di depannya,




Dengan sebebas-bebasnya kita dapat bebas berbebas-bebas, menentukan apa yang terjadi sedetik ke depan. . 

Ketika lembutnya kapas terasa, ada bayang-bayang yang mengasyikan untuk selalu dikenang.

Bukankah kita saling melengkapi?
Lalu hal apa yang tidak tergenapi?
Itu yang aku rasa.

Aku tidak tahu apa yang kamu rasa.
Karena biasanya yang kamu rasakan adalah hal yang lain.


Kesepianku adalah gaduhmu,
dan gaduhmu adalah kesepianku.
Aku tahu kamu tahu hal ini, tak ada hal yang hampir terasa sesunyi ini.

Membicarakan sunyi seperti membicarakanmu yang kuucapkan dalam hati,
tentang ini dan itu yang tidak sampai diucapkan sedikit pun,
Ada detik-detik yang tidak pernah kamu mengerti karena aku tidak bisa, dan benar-benar tidak bisa menyampaikannya padamu.

Di sisi lain, aku enggan mengatakannya,
karena ku yakin kamu tak cuma enggan mendengarkannya, tetapi benar-benar tidak mendengarkannya.

Lebih baik aku berkisah kepada amarah, dan hujan,
karena tidak mungkin aku berdebat dengan kelembutan dan kapas yang selalu terlihat manis.
Manisnya dirimu tak semanis kenangan dan bayangmu,
dan begitu juga pahitku tak sepahit pandangan kosong tanpa bayang, yang kemudian terbang. Hilang.

Terbang ke langit dengan sengit,
ada hal yang dijeritkan yang bernama kerinduan dan kebencian,
yang menyatu dengan warna merah mawar dan kelabu duka,
ada yang tahu aku harus bercita seperti apa?
Bersuka? Atau berduka?


Dukaku adalah dukamu,
dan mungkin sukaku adalah dukamu.
Kita begitu romantis bukan? 

Karena Itu Adalah Hal Yang Tidak Ada

Ada keresahan yang sebenarnya tak ingin kupikirkan.
Sedikit mengangggu, sehari bisa beberapa kali kurasakan ini.
Ini sudah terjadi berhari-hari, dimulai sejak aku mulai berlari.

Cuma meneguk,
aku harus bersiap-siap meneguk sesuatu agar tidak tersedak,
cuma meneguk.
Padahal aku biasanya meneguk sesuatu yang lebih pahit dan keras dengan ringannya.


Mataku selalu tercuri perhatiannya,
pandanganku dan pikiranku sudah tercuri kepada sesuatu yang seharusnya tak kulihat dan kupikirkan.

Karena itu adalah hal yang tidak ada.


 (Foto Model : Grandis )

Kamu berada di belakangku, berada di belakang orang-orang di sekitarku.
Bisa saja disebut aku dan orang-orang di sekitarku tidak sadar keberadaanmu, tetapi nyatanya kamu memang benar-benar berada di belakangnya.

Selalu ada tempat tersendiri yang tidak muat untuk didatangi lebih dari dua orang,
kamu tahu sudut itu bukan.
Sudut tempat kita menghabiskan waktu dengan canda tawa, dengan kejengkelan menunggu sesuatu yang seharusnya tidak penting untuk ditunggu, pertemuan-pertemuan dengan orang yang menyebalkan.

Kita menunggu bersama-sama,
menikmati waktu bersama-sama,
menghabiskan waktu berlama-lama, untuk sebuah perjalanan yang panjang.


Jalan panjang yang tidak pernah diketahui wujud tujuannya.
Aku dan kamu tahu itu.
Perjalanan menarik yang menyenangkan..

Perjalanan panjang yang menyenangkan,
mungkin kita sudah lelah melewati jalan panjang itu.

Tahu apa yang aku resahkan?
Kenapa kita hanya sebentar saja bisa bertahan di perjalanan?
Padahal mungkin tujuan kita sudah dekat.
 
 
 

Senin, Maret 30, 2015

Pengakuan


Sejak kapan aku tahu kamu?
Dan sejak kapan kamu mengenalku?
Itu bohong.
 
Semua itu tidak pernah terjadi.
Kita ini tak saling mengenal.

Kamu tak pernah berucap tentang apa yang kau ingin dariku, aku pun begitu.
Kita berpura-pura saling mengerti dan menikmati hari-hari.

Rintik hujan mewakili banyak frasa dan rasa yang tak pernah kuucap dan tak bisa kukecap. 
Dan kamu tak mungkin tahu apa yang kurasa dan apa yang ingin kusampaikan padamu.
 
Itu suatu bukti kalau aku ini bukan kekasih yang baik, yang bisa berkomunikasi dengan baik, 
dan kecil kemungkinan untuk punya cinta yang baik.

Rintik hujan yang bisa mewakili bisik dan desah keluh kesah kisahmu,
Aku tak pernah bisa menerkanya.

Jumat, Maret 06, 2015

Anda mencintai pasangan Anda layaknya matahari!

Anda orang yang percaya diri dan cerdas. Anda menjalani kehidupan Anda sehari-hari tanpa kesulitan, namun pada malam hari Anda sangat gembira ketika berada dalam pelukan pasangan Anda. Pasangan Anda adalah seperti matahari untuk Anda: mencerahkan hari Anda dan selalu membuat Anda tersenyum, betapapun hari yang Anda lewati begitu melelahkan dan sulit. Anda hanya perlu memikirkan pasangan Anda untuk membuat diri Anda merasa lebih baik dan berani. Itulah yang Anda sukai dari pasangan Anda dan mungkin Anda harus mengatakan hal itu lebih sering kepadanya.
 
http://id.what-character-are-you.com/d/id/1301/result/7699.html#


Pagi-pagi dah nemu link gaje xD

Kamis, Januari 15, 2015

Hujanuari


Manusia mencintai sesama manusia karena mereka terlahir sebagai manusia.
Manusia mecinntai hewan dan tumbuhan karena mereka sama-sama terlahir sebagai makhluk hidup.

Aku dan kamu terlahir sewaktu hujan,
dan sudah jelas seharusnya kalau kita mencintai hujan sebagaimana dia mempertemukan kita.

Janganlah membenci hujan,
sebanyak apa pun kamu mengumpatnya dia tidak akan pernah membencimu sedetik saja.

Apakah kamu pernah dendam kepada hujan?
Apakah dia pernah memisahkan kita?
Janganlah kamu dendam,
sudah semutlaknya kamu berterima kasih kepada hujan karena hujan sedang menyirami akar-akar rindu kita.

Aku dan kamu terlahir sewaktu hujan,
dan sudah jelas seharusnya kalau kita mencintai hujan sebagaimana dia mempertemukan kita.

Hujan tak pernah menuntutmu membawa payung atau berteduh,
dia hanya memberi berbagai banyak pilihan
Kamu bisa bersenang-senang sebelum sakit karena bermain air hujan, dari sekedar pilek sampai demam.
Pernah kita bermesraan sewaktu hujan,
berpelukan hangat di sela dinginnya hujan,
berbagi cumbu kata tentang aku dan kamu,
setelah hujan pergi kemesraan kita juga sedikit pergi, pergi terbawa hujan.

Dan selama ini kita tak pernah berterima kasih kepada hujan.

Hujan,
terima kasih telah kamu pertemukan kami.
Dan juga hujan,
terima kasih juga telah menyirami akar-akar kerinduan kami yang semakin mendalam semakin hari.
Dan juga akar rindu akan kebebasan dari segala keterbatasan.

Rabu, Juli 30, 2014

Parade Hina


Akhirnya selesai juga parade busuk ini.
Ya, parade ini benar-benar busuk.

Semua berkata kita akan melakukan perjalanan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Singkat kata begitu.
Semua berlomba memberikan mimpi terindah yang diminati oleh banyak orang.

Sebelum semua orang merasa silau oleh janji-janji yang dikoar-koarkan.
Ada-ada saja ide nakal yang sungguh tidak masuk diakal.

Sebelum mata seseorang silau,
mata yang nantinya akan silau itu segera ditutupi terlebih dahulu agar nantinya tidak silau.

Sebelum telinga-telinga mendengar harapan-harapan yang mungkin palsu,
banyak telinga yang ditutupi oleh kata-kata hasutan yang lebih terdengar indah.

Sebelum dinyatakan kalah,
Sebelum habis kesempatan,
ini adalah detik-detik yang benar-benar genting.

Mata harus dibutakan sebelum bisa melihat apa yang seharusnya terlihat,
Telinga harus dibuat tuli sebelum mendengar apa yang seharusnya didengar.

Dan pada saat penentuan,
Semua sudah sama-sama tahu pihak mana yang kalah,
dan pihak mana yang jelas-jelas menang.

Hilangnya uang untuk taruhan adalah masalah di nomor ke sekian,
Malu berwajah adalah alasan mutlak untuk tidak mau kalah.

Semua orang menyatakan kemenangannya,
semua orang mendapat mandat.

Bagaimana mungkin?

Orang-orang bodoh semakin dibuat bodoh dengan kenyataan yang sengaja diperlihatkan.
Orang-orang pandai dibuat merasa bodoh dengan keadaan yang memang seharusnya tidak terjadi.

Walau pun terkesan benar-benar hina,
ini benar-benar terjadi, dan sudah terlewati.
Dan jangan lupa, ini belum selesai.


Kalimat yang paling menjijikan dan benar-benar munafik adalah mengkafirkan orang.
"Dia adalah kafir.
Apa yang kamu harapkan dari seorang kafir?
Jawabannya adalah neraka."

Yang bersangkutan bilang tidak tahu-menahu, padahal sebenarnya tahu benar kelakuan nakalnya yang memang tidak masuk akal.
Kebebasan memilih sudah ternoda dengan kalimat kafir.

Yang taat dengan tuhan dan agamanya dengan mantap berkata "dia kafir, aku tidak akan memilih dia."
Yang mencoba berpikir dengan otak dan hati nuraninya dengan mantap berkata "aku murtad, aku lebih memilih kafir dan memilih menjadi kafir yang baik hati."

Ini bukan lagi parade bebas memilih,
tetapi ini juga parade busuk penyesatan beragama dan bertuhan.

Orang-orang yang tersesat itu lupa, atau mungkin benar-benar tidak tahu kalau banyak yang korupsi atas nama agama.
Bahkan sekumpulan kertas yang disebut kitab suci akan dijadikan sekumpulan uang pribadi.
Tanah suci dijadikan lahan korupsi.
Mereka benar-benar tidak tahu, atau mungkin lupa kalau para pelakunya adalah pengikut tuhan yang terlihat taat dan fanatik.


Dan pada saat penghakiman,
Si tersangka pun disebut dengan jelas sebagai tersangka.

Si tersangka malu bukan kepalang,
kemudian dia membuat isu itu tidak benar.

Dia menolak kenyataan,
dia sendiri yang berkata : aku menolak kenyataan ini.


Aku akan naik banding,
aku akan memberikan bukti-bukti, yang tidak masuk akal sekali pun.

Ah, sayang, bukti yang amat sangat banyak itu akhirnya hilang.


Tetapi jangan senang dulu, aku belum kalah denganmu.

Orang lain berkata aku kalah denganmu, tetapi tidak kataku.

Akan aku jegal setiap langkahmu, itu janjiku.



Dan seketika juga parade ini menjadi parade dendam.

Sementara orang yang selalu difaktakan sebagai kafir yang sudah jahat dari lahir tenang-tenang saja.
Seharusnya dia bisa dengan mudahnya berkata "Ini adalah takdir tuhan kalau saya menang.", tetapi tidak dia ucapkan.

Ini adalah parade kebebasan, siapa saja harus bebas.
Siapa saja bebas memilih tanpa terkecuali.

Dan di parade ini siapa saja harus bisa menang, orang yang tidak tahu apa-apa sekali pun.



Akhirnya selesai juga parade hina ini,
banyak kafir bermunculan dan banyak orang yang mendadak menjadi kafir dalam parade hina ini.

Yang tidak tahu merasa sok tahu,
yang tidak paham menyesatkan ke sesama orang yang tidak paham,
aku hampir saja tidak waras dalam parade ini,
dimana-mana berkata kebebasan memilih tetapi fakta yang ada adalah hasutan.

Aku berkata aku memilih dia, dan aku dibilang tidak waras.
Aku dengan jujur berkata memilih dia, aku dibilang aku ditipu.
Aku dengan santai memilih dia, aku dibilang ini tak sesantai yang kamu anggap, ini adalah hal yang serius.

Aku bilang semoga saja ini sudah berakhir,
Tetapi terdengar samar-samar di telinga " ini belum selesai."