Jumat, September 27, 2013

Gawe Perkoro Ora Duwe Toto


Deso mowo coro, negoro mowo toto.
Ora usah golek perkoro, ndak malah kelangan nyowo.

--------------------------------------------------------

Beberapa waktu ini ada-ada saja alasan untuk kena marah.
Untuk aku ya baru beberapa waktu ini, lain halnya dengan mereka-mereka yang sudah terbiasa kena marah tanpa alasan yang masuk akal.

Aku serasa menjadi saksi bisu atas penjajahan,
sesekali aku juga menjadi korban penjajahan agar aku tahu pasti apa yang dirasakan oleh orang-orang jajahan lainnya.


Aku tidak habis pikir bagaimana mereka bisa bertahan dengan keadaan terjajah?

Ini urusan waras dan tidak waras, ada yang bilang nrimo.
Ada yang bilang wes kulino, dan ada yang bilang wes kebal.

Aku yakin mereka dulu merasa terjajah tetapi lambat laun mereka sudah terbiasa.
Ini adalah pemikiran yang berbahaya.
Dan amat sangat berbahaya lagi kalau cara berpikir seperti ini disebarluaskan.

Ini bukan masalah pemberontakan,
ini masalah menghargai kehormatan orang lain,
ini masalah menghormati keberadaan orang lain.

Aku dan orang-orang disekitarku sengaja dibuat agar mereka berpikiran bahwa mereka adalah benar-benar orang terjajah yang tidak bisa melawan.
Tidak dihargai keberadaannya,
dan dianggap keberadaannya, sengaja dicari-cari sewaktu dibutuhkan sebagai kambing hitam.

-----------------------------------------------------------------------------------------------


Deso mowo coro, negoro mowo toto.


Aku paham sekali arti kalimat tersebut.
Sebagai pendatang mau tidak mau harus mengikuti apa yang sudah ada.

Tetapi aku rasa tidak untuk berurusan dengan penjajahan.

-----------------------------------------------------------

Orang terjajah ada, ditakdirkan untuk merdeka.
Orang terjajah ditakdirkan untuk dimerdekakan, dan memerdekakan.

Sesudah dapat memerdekakan dirinya sendiri,
seharusnya orang-orang jajahan yang sudah merdeka, mereka juga memerdekakan orang-orang jajahan yang lainnya.


Aku sangat khawatir dengan keadaan orang-orang disekitarku.
Aku khawatir kalau mereka tidak sadar, terbiasa, dan tidak ingin memerdekakan diri mereka sendiri.

Aku takut kalau mereka terbiasa dengan keadaan terjajah, besar kemungkinan kalau penjajahan adalah sebagai salah satu kegiatan rutinitas.



Setiap ada perlawanan kecil ada-ada saja orang lain yang menjadi dampaknya.
Hal ini membuat mereka tidak ingin melakukan perlawanan, mereka terlalu takut tentang keadaan orang lain daripada keadaan diri sendiri.

Ini lucu.
Bagaimana bisa membuat orang lain bahagia kalau diri sendiri tidak bahagia?

Bahagia adalah hal yang relatif.
lebih sempit lagi, bagaimana bisa membuat orang lain merdeka kalau diri sendiri belum merdeka?


-------------------------------------------------------------------------------------------------


Nde nyu jurne kali ini bukan urusan antara atasan dan bawahan,
tetapi antara majikan dan orang jajahan.

Deso mowo coro,
Gawe perkoro ora duwe toto.


Hari-hari terasa semakin nakal tak masuk akal..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar