Senin, November 18, 2013

Surat Dari Grandis


Aku ingat pertemuanku pertama kali dengan kupu nakal, teman dekat dari mawar nakal.
Kami sering berbual berlemparan syair.
Ya, sampai sekarang tak bosan-bosannya kami bermain syair.
Kami tidak tahu apakah kami disebut berprofesi penyair atau bukan.
Tetapi yang pasti kami selalu merasa senang ketika berurusan dengan syair.

Keputus-asaan tentang sebuah profesi yang terlantar membuatku turut berduka.

Sebelum aku asyik menjadi penyair atas nama cinta,
aku sudah melihat orang lain asyik menjadi penyair atas nama kebebasan,
keberadaan penyair tersebut sekarang menjadi samar,
aku takut sesuatu yang samar kemudian akan menghilang.

Ada yang ganjil ketika aku berurusan dengan cinta tetapi merasa samar dengan apa yang disebut kebebasan.
Sebelum berurusan dengan syair urusan cinta, aku lebih mengenal syair urusan kebebasan.

Kebebasan adalah awal dari semua hal,
bisa melahirkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya,
bisa menghasilkan sesuatu yang buruk dari apa yang sudah ada,
atas nama kebebasan semua tak terkendali.

Yang membuat duka adalah ketika melihat sesuatu yang buruk dan tidak terkendali,
melihat keterlantaran dalam urusan kebebasan misalnya.

Hina rasanya mengetahui hilangnya kebebasan dari seseorang,
lebih hina lagi karena tahu orang itu ternyata sengaja menghilangkan kebebasannya sendiri,
setelah memiliki jarak dengan kebebasan, kemudian merasa terpuruk,
dan terlihat seakan-akan benar-benar sedang terpuruk karena jauh dari kebebasan.

Tidak ada yang lebih tragis daripada melihat seseorang yang tidak berdaya.

Untuk Rosena Nmotise Rubysege Von FZ alias mawar nakal,
kembalilah ke jalan yang benar, semoga tetap nakal.

Best Regards,
Grandis T


***

[ komputermu belum dimatikan, akunmu belum di log-out,
akhirnya aku bajak saja, he he he ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar