Senin, November 18, 2013

Profesi Yang Terhilang


Aku sepertinya baru sadar akan sesuatu.
Salah satu profesiku telah hilang.

Aku bukan penyair lagi, sepertinya begitu.

Salah satu hal yang dilakukan oleh seorang penyair adalah membuat syair.

Terlepas tahu atau tidak tentang pengertian syair,
Terlepas bagus atau tidak,
Terlepas dipublikasikan atau tidak,
Terlepas disukai banyak orang atau tidak,
Terlepas disanjung atau dihina,
Terlepas menghasilkan bayaran atau tidak,
Terlepas dimengerti atau tidak,
Terlepas , terlepas, dan terlepas,
Terlepas semua alasan untuk membuat terikat.

-----------------------------------------------

Seorang teman mengingatkanku tentang syair,
Hanya ada satu kata : Lawan!
temanku ini dekat sekalu dengan deretan kata-kata itu.

Ini mengingatkanku kepada sesuatu,
aku kenal sekali hal absurdisme ganjil tersebut,
aku kenal sekali siapa aku,
aku kenal sekali siapa aku,
dan aku kenal siapa aku sekarang ini.

--------------------------------------

Seorang penyair adalah mesin pencipta kebahagiaan.
Kebahagiaan mutlak untuk dirinya sendiri.
Dan katanya seorang penyair berguna kalau syairnya berguna untuk orang lain.
Begitu memuakkan kalau semua hal yang ada selalu dikaitkan dengan fungsi.

Syair yang diciptakan oleh penyair adalah wujud kebahagiaan berupa pelampiasan.
Pelampiasan perasaan, pikiran, imajinasi, dan semua hal yang mungkin tidak bisa dilihat.

Menurutku pribadi tidak semua syair memiliki fungsi untuk orang lain,
Itu karena syair benar-benar egois milik penciptanya sendiri.

Apa yang ada di dalam kepala orang,
yang paling mengerti adalah orang yang punya kepala.

Mana bisa orang lain tahu apa yang ada di kepala orang lain?
Kalau menerka-nerka itulah jawabannya.

Seorang penyair adalah mesin pencipta kebahagiaan,
Seorang penyair adalah tuhan, yang bisa menciptakan apa saja sesuai yang dipikirkannya dalam wujud syair.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Profesi penyair sama dengan profesi yang lainnya,
ada prosesnya dalam penciptaannya.

Meluangkan waktu,
meluangkan pikiran,
meluangkan tenaga,
berusaha merangkai dan menghubungkan segala sesuatu,
dan tentunya ada hasil yang terlahir, bahasa sok senimannya adalah karya.

Kata karya adalah kata yang ora mbejaji,
ada banyak orang yang seakan-akan mengerti tentang karya, kemudian menggunakan kata karya sebagai salah satu bahan untuk bertanya. Sombong dan melecehkan masuk hitungan.
Aku merasa alergi dengan kata ini.

Mana karyamu?
Apa ini bisa disebut karya?

Ini adalah kata yang sering terdengar dari seorang penjajah.
Usaha penjajahan, pelecehan, penghakiman, penghabisan, dibuat seperti sebuah pertanyaan atas nama karya.

Karya?
Imut sekali bukan? :D

-----------------------


Aku merindukan profesiku yang dulu,
perlawanan atas penindasan,
keadilan atas ketidak-adilan,
kebangkitan dalam keterpurukan,
suara dalam sepi,
cahaya dalam kegelapan,
dan segala macam keajaiban lainnya.


-----------------------------

Salam #mawarnakal oleh calon mantan penyair,
semoga hal ini tidak pernah terjadi.

1 komentar: