Senin, September 23, 2013

Mburuh


Sebuah pertanyaan untuk orang-orang yang sering koar-koar di jalanan, di televisi, dan para jagoan diskusi yang selalu membahas buruh.
Mereka seolah-olah tahu benar kehidupan buruh, dan mereka terlihat sedang memperjuangkan hidup  mereka agar menjadi lebih baik lagi.

Apakah mereka pernah merasakan jadi buruh?


--------------------------------------------------

Sebelum aku menjadi buruh di hari pertama,
di rumah majikan sudah ada 3 buruh sebelumnya, mereka makan dan tidur disana.

Jam kerja semena-mena,
perlakuan dihina-hina,
hari-hari mereka terlunta-lunta.

Baru 3 hari bekerja, aku pun sudah sama seperti mereka.
Pada awalnya aku berpikir, ini adalah hubungan wajar antara majikan dan orang-orang yang dibayarnya.

Ternyata tidak, ini adalah penjajahan.

---------------------------------------

Lebih busuk lagi,
majikan tidak hanya berperilaku semena-mena kepadaku,
dibelakangku pun dia masih saja menjelek-jelekanku.

Aku tahu berita itu dari 2 buruh lainnya,
mereka buruh yang lain lagi.


Kedua buruh ini lebih dipermalukan lagi hari-harinya,
Mereka dipanggil dengan cara diteriaki.

Kalau  majikan belum puas,
mereka dipanggil dengan speaker dan sirene mobil ambulance.

Ini serius sebuah fakta.

Aku sering berpikir,
ternyata ada juga manusia mencari uang dengan cara dihina dan dipermalukan di depan umum.
Selain badut dan pelawak.

---------------------------

Rumah majikan amat sangat luas,
ada lahan kosong yang dijadikan, luasnya..?
Luasnya kira-kira..?
Nah, sebesar gedung pertunjukan teater, lebih besar sedikit.

Di sisi lainnya ada tanah lapang yang tidak dirawat.
Benar-benar tidak dirawat karena tidak tahu akan dipergunakan untuk apa lahan kosong itu.

Di sekeliling rumah terdapat taman dan kolam ikan,
ada juga gazebo yang terdapat di tengah-tengah kolam ikan.
Konon katanya, batu pijakan dari taman ke gazebo seharga 1 juta per buah.
Dan kaca yang dijadikan alas gazebo seharga 25 juta.

Rumah majikan lebih mewah daripada rumah yang pernah aku lihat di televisi.

-----------------------------------------------------------------------------

Aku tinggal di sebuah rumah khusus buruh bersama 3 buruh lainnya.

Suatu ketika aku membuat permainan,
Salah satu diantara mereka ada yang dipanggil bos.

Mereka bertiga menyetujui permainan itu,
aku pun juga memanggil salah satu diantara mereka dengan panggilan bos.


Ada kebahagiaan dibalik sedikit kebodohan,
sekedar untuk bersenang-senang menjalani rutinitas busuk yang tidak masuk akal.


Permainan bodoh itu tidak mengubah hidup mereka,
tetap setidak membuat hari-hari mereka sedikit menyenangkan.


Mereka tidak pernah menjadi bos dan tidak pernah memiliki majikan yang menghargai mereka, hari-hari mereka benar-benar tidak menyenangkan.
Aku cuma membuat pengalaman baru untuk mereka,
Pengalaman dipanggil dan dianggap bos, dan juga pengalaman untuk memiliki majikan yang tidak semena-mena.

Permainan bodoh ini adalah hiburan paling menyenangkan di rumah majikan.

-----------------------------------------------------------------------------

Sangat disayangkan permainan bodoh itu hanya berjalan tidak lebih 1 minggu,
1 buruh akhirnya menyerah dan pamit kerja dari rumah majikan.

Yang disesalkan adalah hilangnya 1 teman baru,
dan yang patut dirayakan adalah kebebasan seseorang memiliki kembali pilihan hidupnya.

Perginya 1 orang buruh tidak membuat perbedaan berarti,
tidak tahu harus sedih atau bergembira,
hari-hari dijalani seperti biasa,
permainan menjadi kurang mengasyikkan.

-------------------------------------------

 Salah satu percakapan antara buruh dengan buruh harian.


Heru : asu kok. aku mau digawe isin juragane bahan bangunan neng kono pas dikon blonjo juragane.

Pak Budi : Lha ngopo?

Heru : Kae takon-takon bayaran.

Karmono : Mbok jawab opo?

Heru : Wah, ojo ditakoke pak. Ndak aku isin.
           Njur juragane muni, nek aku ora njawab nota utangan juragane ora diwenehke.
           Gelem ora gelem njur tak jawab.

           Juragane wedhok muni ngene, Masya Allah, kae duite meh digowo mati.
           Iki bocah anyar tak bayar 750, kowe wes tahunan kok ora nganti semono.
           Wong sugihe ora umum kok yo cetile ora umum.

Pak Budi : Lha kowe muni, kula tak ndherek mriki mawon. Ngono goblok.

-----------------------------------------------------------------------------

Ini kalimat paling mengerikan yang pernah aku dengar secara langsung.
Kejadiannya ketika aku baru saja datang di rumah majikan.


Majikan : Gek ndang! Rasa kesuwen!

Heru : Nggih Bu.

Majikan : Nek kerjo ki sek saksek.
Kowe nek metu seko kene ora ono sek gelem nrimo kowe nyambut gawe.


Percakapan itu berakhir dengan perginya buruh itu 1 hari kemudian.

----------------------------------------------------------------------


Hari ini aku akan masih bertemu dengan buruh-buruh lainnya,
Aku belum tahu apa yang terjadi selanjutnya...



Hari ini tanpa salam #mawarnakal ,
hari hari ini tidak nakal, tetapi terasa brutal.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar