Senin, Mei 27, 2013

Di bawah lembaran sertifikat yang kaku

Sejak pertama kali diperkenalkan,
sejak itulah diperkenankan sebagai budak.

Didekte bahwa sertifikat bentuknya kaku.
Didekte membuat lembaran sertifikat-sertifikat kaku sekaku-kakunya.
Didekte juga tentang tentang perusahaan-perusahaan terbaik, dari yang terlawas sampai yang belum ada.
Didekte segala macam pakem-pakem tentang perbudakan.

Apa ya hidup cuma sesepele tiupan angin dari lembaran sertifikat kaku yang dikibas-kibaskan?

--------------------------------------------------------------------

Sejak pertama kali berkenalan tidak terasa akan sekaku ini.
Awalnya berkenalan hanya sebagai bahan obrolan,
tanpa disadari ternyata perkenalan itu menjerumuskan dalam kesesatan.

Orang tersesat tidak akan pernah tahu jalan pulang,
kecuali dia hafal masa lalunya, masa lalu dari mana awalnya dia memulai.

Orang tersesat tidak akan pernah tahu jalan baru,
karena dia tidak tahu apa-apa, kecuali dia sendiri yang membuat jalan baru.

----------------------------------------------------------------------

Sulit dipercaya, bahan obrolan ternyata menjadi hal yang memuakan.
Mungkin bahan obrolan itu balas dendam karena selalu disepelekan dan dianggap tidak penting.

Menurutku secara lahir batin bahan obrolan adalah hal yang tidak penting.
Ada satu dua bahan obrolan yang penting, banyak.
Tetapi tetap saja tidak lebih banyak dari bahan obrlan yang tidak penting.
Kalau sewaktu-waktu terasa memuakan berarti dia sedang mencari-cari perhatian agar keberadaannya dianggap penting.

Apa pun kamu, seberapa memuakan kamu,
Kamu tetap saja bukan penghancur mimpi.

Jangan sombong,
kamu tidak pernah terlintas di otakku, sedikit saja tidak pernah.
kamu cuma pernah sekelabat terlihat mataku.

Bahan obrolan tidak penting seperti kamu tidak berpengaruh sedikit pun kepadaku.


Aku sudah lama mengatakan ini,
Kamu bukanlah penghancur mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar