Jumat, Agustus 30, 2013

Gelar tikar dan cari kesempatan


Tidak munafik,
semua orang butuh uang.

Munafik,
semua orang butuh gelar.

Untuk apa memiliki gelar hanya sebagai pencitraan?


Tidak munafik,
gelar tidak mempengaruhi seseorang memiliki uang atau tidak.


Faktanya, orang yang memiliki gelar tidak melakukan apa-apa, ya tidak akan memperoleh apa-apa.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

kenyataannya,
urusan gelar tidak berpengaruh urusan uang.

---------------------------------------------

Gelar tikar dan cari kesempatan.. :D

25 ribu


Kasir : Pak, ini notanya, ini uangnya.
Silahkan dihitung dulu.

Customer : terima kasih, uangnya pas.
Ini mas. (memberikan lembaran uang)

Kasir : terima kasih.

---------------------

Seusai jam kerja,

Senior : Berapa tips pertamamu?

Kasir : Nggak tahu, belum saya lihat.
Enggak enak, ada bapaknya tadi, langsung saya kantongi.

Senior : Coba dilihat dulu.

Kasir : 25ribu.

Itu sedikit.
Biasanya kalau bagian kasir 50ribu.

------------------------------------

Beberapa hari sebelumnya,

Senor : Kalau ada yang memberikan uang, tips,
langsung diterima saja, tidak usah basa-basi menolak.

------------------------------------------------------

Hari-hari esok masih asyik menanti datangnya tips...


Rabu, Agustus 28, 2013

Nde Nyu Jurne


Aku terlambat beberapa waktu menuliskan ini.
Aku seharusnya menuliskan ini kemarin, atau setidaknya pagi tadi.

------------------------------------------------------------------


Cerita perjalanan hidup yang baru sudah menantiku,
sebagian tempat baru dan sebagian keadaan baru,
tidak semuanya berubah, tetapi memang benar kalau ada sebagian hal yang baru.

---------------------------------------------------------------------------------

Seperti yang terjadi kepada semua orang yang bertemu dengan sesuatu yang baru,
merasa tidak tahu apa-apa dan merasa seperti anak hilang.

-----------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------


Semua orang yang pertama kali mendatangi kediaman sang tuan rumah,
tentunya akan dianggap sebagai tamu.

Tidak ada yang akan tahu bagaimana nasibnya ketika esok hari berkunjung kembali ke kediaman sang tuan rumah,
Bisa jadi hanya sehari saja dianggap sebagai tamu..

Aku pun begitu,
aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari,
sewajarnya aku melakukan apa yang seharusnya kulakukan disana, yaitu berbuat baik.

---------------------------------------------------------------------------------------

Perjalanan baru dimulai,
cerita baru menanti..

Jurne.
Diajurne.

Tidak tahu jurne diri sendiri atau jurne keadaan.
Kalau jurne diri sendiri, berarti diri sendiri mengikuti keadaan sekitar.
Kalau jurne keadaan, berarti keadaan sekitar mengikuti keadaan diri sendiri.

Tampaknya lebih nggleleng yang jurne keadaan, kesannya sombong.
Bukan karena sok hebat berpikir aku harus bisa mendominasi sekitarku,
tetapi ada hal yang harus benar-benar ditolak.




Bukan juga bermaksud mengekor tanpa pola pikir,
ada saatnya harus jurne diri sendiri untuk bisa mengerti keadaan sekitar.

------------------------------------------------------------------------

Nde nyu jurne,
aku rasa ini sangatlah mengasyikan.

Aku harus mengoplos diri sendiri dengan keadaan sekitar,
terlalu manis atau pahit nantinya aku sendiri yang merasakannya,
terlalu lunak atau keras nantinya juga aku yang merasakan.

Hal ini adalah awal mula beberapa waktu ke depan,
tentunya aku tidak boleh salah oplosan.


Sekali saja aku tersandung,
besoknya bisa saja aku keseleo, memar, dan takut berjalan lagi.




-----------------------------------------------------------------


Sebentar lagi waktuku bersenang-senang akan berkurang untuk berurusan dengan perjalanan yang baru,
salam #mawarnakal dari kerumunan rerumputan liar yang belum diketahui jenisnya :)

Sabtu, Agustus 24, 2013

Ada kegembiraan yang tidak wajar saat bertemu


Anjing adalah satu-satunya binatang yang setia, menurutku.
Bukan hanya menurutku, dan sudah terbukti.

Pada saat aku sedih, dan sedang menghibur diri sendiri dengan melamun,
anjingku tiba-tiba saja datang.

Masuk kamar, melihat, dan pergi lagi.

Padahal anjingku sering aku suruh keluar dari kamar tanpa sebab.
Kali ini, dia tiba-tiba saja datang, mungkin tanpa sebab yang jelas.

------------------------------------------------------------------

Sungguh disayangkan kami tidak bisa saling berbicara,
tak heran, sesama manusia saja tidak selalu bisa berbicara baik-baik.

---------------------------------------------------------------------

Aku sepertinya tahu apa yang dirasakan ketika anjing menunggu majikannya pulang,
dan aku tahu sebabnya kanapa anjing selalu berisik ketika tahu majikannya sudah pulang.
Memang tidak melakukan apa-apa,
hanya saja ada kegembiraan yang tidak wajar saat bertemu.

Sabtu, Agustus 17, 2013

Indonesia tak pernah semanis dulu dan belum pernah sepahit sekarang


Model : Grandis 
Fotografer : Kupu Nakal, #asmaharadana photograph
(salah satu penggemar #mawarnakal cabang Yogyakarta) 

-----------------------------------------------------------

17 agustus?
Hari kemerdekaan Indonesia?

Aku njur kudu ngopo?

-----------------------

Aku tidak mau terlihat imut mengucapkan dirgahayu Indonesiaku semoga bla bla bla,
aku juga tidak mau terlihat imut sok hebat menghujat Indonesia, toh faktanya aku belum bisa memberikan apa-apa.

---------


17 agustus tidak perlu diungkapkan dengan cara berlebihan kalau hanya sekedar euforia atau hanya agenda rutin tahunan.


Tidak semua rutinitas adalah kewajiban.
Rutinitas tidak pernah menarik yang menarik adalah hal yang mengejutkan.



Rutinitas? Apakah tidak bosan?
Jadi untuk apa melakukan sesuatu yang tidak diinginkan?







---------------------------------------------------------

Jaman dulu, tercatat di banyak buku sejarah,
tertulis kalau pada jaman penjajahan orang saling membantu sesamanya,
rela memberikan makananya agar orang lain bisa makan,
rela memberikan hidupnya agar orang lain bisa hidup.

Ini adalah kisah cinta yang mengerikan,
mau berkorban untuk orang lain, apa pentingnya?


Ya, memang itulah romantika Indonesia sebelum memiliki tanggal kemerdekaan 17 agustus.
Romantika itu terus berlanjut beberapa waktu kemudian setelah Indonesia memiliki tanggal kemerdekaan,
sayangnya hanya sebentar.

Biasa, banyak yang tidak tahu diri (baca : tidak tahu diuntung), selalu lupa masa lalu,
tidak ingat apa saja yang dilakukan untuk memperoleh tanggal kemerdekaan tersebut,
dan akhirnya..?



Setiap detiknya semakin tidak tahu diuntung juga, sampai detik ini.


Ada presiden malah sibuk menangis dan curhat di layar televisi,
mungkin maksudnya agar orang tersebut terlihat romantis dan melankolis di depan orang-orang yang melihatnya.
Padahal yang melihatnya ingin muntah, tak sempat meludah.

Ada presiden malah sibuk membuat akun sosial media dan bingung mau menuliskan status apa untuk pencitraan,
mungkin maksudnya agar orang tersebut terlihat merakyat, gaul, dan tidak ketinggalan jaman di depan orang-orang yang melihatnya.
Padahal yang melihatnya ingin muntah, tak sempat meludah. 

Ada presiden malah sibuk mengurusi lagu ciptaannya di hari jadi negaranya,
mungkin maksudnya agar orang tersebut terlihat memiliki jiwa seni yang tinggi di depan orang-orang yang melihatnya.
Padahal yang melihatnya ingin muntah, tak sempat meludah.



Bisa-bisanya ada orang yang seharusnya berperan penting untuk negara malah memiliki peran bodoh dan sungguh hina.


Pemimpin macam apa pemimpin seperti ini?
Para penyair pun sepertinya akan kebingungan menyamakan pemimpin tersebut sebagai binatang apa?
Disebut binatang jalang pun sepertinya masih terlalu bagus.












------------------------------------------------------------


Selamat ulang tahun ke 68 untuk Indonesia.

Indonesia tak pernah semanis dulu, dan belum pernah sepahit sekarang.
Akan membanggakan mati berperang melawan kepandaian penjajah dari negara lain daripada mati berperang dijajah kebodohan negeri sendiri.


Aku cinta padamu.
Maaf aku cuma bisa mengucapkan itu.

Sabtu, Agustus 10, 2013

Masih Mau Percaya Kabar Burung?


Setelah mendapatkan ijazah apakah bisa menjadi bos?
Atau minimal disebut sebagai orang hebat?

Tidak.
Tetap saja menjadi orang jajahan.

Sejak awal perburuan ijazah, sejak itulah sebenarnya menjadi manusia terjajah.
Mencari ijazah cuma berdasar kepada keadaan, keinginan orang, dan kata orang.

---------------------------------------------------------------------------------

Seseorang mencari ijazah atas nama kebutuhan keadaan,
keadaan menuntut seseorang memiliki ijazah untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain.

BERSOSIALISASI!
Bukan menjadi bos atau makhluk yang lebih hebat dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya.

Setelah memiliki ijazah (baca : selembar sertifikat BUKAN PEGANGAN HIDUP),
makhluk-makhluk jajahan tersebut hanya dikumpulkan menjadi satu,
makhluk-makhluk yang ijazahnya sama dikumpulkan menjadi satu dengan makhluk yang ijazahnya sama.

Mereka nantinya akan berpura-pura diadu dalam hal prestasi.
Ada juga sistem gugur seperti di pertandingan olah raga.
Sepertinya terlihat serius, menegangkan, dan bahkan berkaitan dengan urusan nyawa.

Itu cuma tipu muslihat,
hasil akhir kompetisi tersebut tetap saja sama,
semuanya berujung pada perbudakan.

Bersosialisasi sesama budak,
berbagi cerita dan pengalaman hidup,
saling menutupi kemaluan,
merasa bodoh dengan berpura-pura merasa pintar dan semuanya baik-baik saja.

--------------------------------------

Banyak orang yang berniat menjadi budak berdasar pada keinginan orang lain.
Mungkin, perusahaan tempat dia akan menjadi budak yang mengharuskan memiliki ijazah.
Mungkin, orang tuanya yang sangat gengsi kalau anaknya tidak memiliki ijazah.
Mungkin, kemungkinan-kemungkinan yang lainnya lagi.

Parahnya lagi,
menjadi budak bukan karena keinginan orang lain,
tetapi hanya mendengar omongan orang yang jelas-jelas tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Untuk jadi orang yang bisa tertawa terbahak-bahak harus memiliki banyak ijazah.
Omongan itu selalu keras terdengar dimana-mana.
Dan tidak pernah diketemukan asal suara itu ketika dimintai pertanggung jawaban.

Apakah burung yang mengabarkannya..?

-----------------------------------------

Burung tidak pernah membutuhkan ijazah, yang membutuhkan ijazah adalah pemiliknya,
untuk meningkatkan harga jual kepada calon pemilik lain.

Bisa jadi burung dicarikan ijazah dengan cara dilombakan,
dilombakan suara kicaunya mungkin.

Atau mungkin dicarikan ijazah dengan cara mengimpor burung dari luar negeri,
sehingga nantinya juga mendapat ijazah dari luar negeri.

Padahal semua sama saja, tetap saja burung.
Tidak pernah membutuhkan sertifikat.

Apakah burung yang mengabarkannya tentang ijazah?
Padahal dia sendiri tidak membutuhkan.

Masih mau percaya kabar burung?

-----------------------------------

Tidak ada untungnya burung mengabarkan sesuatu yang tidak dibutuhkannya.

Mungkin,
burung berkata kalau semua makhluk tidak membutuhkan ijazah.
Hanya saja sewaktu mengatakannya perkataan itu terbawa angin.

Semua burung mengatakan hal yang sama setiap detiknya. 
Belum sempat terdengar dengan jelas,  suara burung-burung itu bertabrakan.
Artinya berhamburan, dan tidak lagi jelas maksudnya.

Masih mau percaya kabar burung?