Selasa, Juni 04, 2013

Tulisan Polos Beserta Emosinya


Aku menghormatimu,
dan karena itu lain kali aku akan membunuhmu.

Sebelum aku membunuhmu,
Ada baiknya kamu berterima kasih kepadaku.

Aku meringankan beban hidupmu dengan membantumu mengakhirinya.
Aku mempercepat pertemuanmu dengan tuhan, kalau tuhan itu ada.
Agar kamu tahu hidupmu banyak berbuat kebajikan atau kebajingan.
Dan juga, kamu tidak lebih banyak menanggung akibat dari perbuatanmu sendiri.

Aku kurang baik apa kepadamu?
Mungkin aku kurang jujur,
aku selalu berbohong dengan memberi senyum yang berkata semua baik-baik saja.

Mulai besok aku akan menghormatimu dengan jujur kepadamu,
dengan wajah polos beserta emosi-emosinya.

---------------------------------------------------------------

Salam mawar nakal yang ternakal dari kebun mawar nakal :)






Lain Kali Aku Akan Mabuk


Seseorang : Kamu mabuk ya?

Mawar Nakal : Tidak.

Seseorang : Kamu minum?

Mawar Nakal : Tidak.

Seseorang : Diajak ngomong kok tidak nyambung?

--------------------------------------------------------------------------

Apakah rasanya enak sekali berprasangka buruk kepada makhluk lain?

Kenapa tidak berpikiran yang lebih baik? Atau mungkin menyindir?
Apakah kamu sedang bahagia?
Apakah kamu sedang berbunga-bunga?
Sehingga pembicaraan denganku tidak nyambung?

Seandainya bisa sering terjadi hal seperti itu pasti hidup akan terasa imut sekali.

---------------------------------------------------------------------------

Orang yang minum belum tentu mabuk,
jadi sangatlah aneh apabila mengatakan semua orang yang minum adalah orang yang mabuk.
Aku tidak sampai hati mengatakan orang-orang seperti itu sebagai orang bodoh.

Dan juga, mabuk tidak bisa disama-ratakan.
Ada orang-orang tertentu yang apabila dalam keadaan mabuk akan melakukan sesuatu yang buruk, membunuh misalnya,
Ada juga orang-orang tertentu yang apabila dalam keadaan mabuk akan merasa dirinya adalah orang yang paling berbahagia, mungkin.
Aku tidak tahu persis mengenai urusan dunia mabuk karena aku bukan pakar mabuk.

Obrolan pagi tadi terasa benar-benar memabukkan,
Aku benar-benar mabuk dalam rasa muak.

Tidak bisakah dari mulut keluar ucapan yang lebih baik?
Misalnya, apakah kamu baik-baik saja?





 
Apa salahku aku diberi prasangka sebagai orang yang mabuk karena minuman beralkohol?
Toh aku juga sudah berpakaian rapi dengan mengenakan sepatu seperti orang-orang yang terlihat baik kebanyakan.

-------------------------------------------------------------------------------

Jangan menuduh aku sedang mabuk.
Apalagi cuma berpikiran dan mengira-ngira, penasaran dan menanyakannya.

Kalau aku sampai menjawab ya, wah, celakalah sudah.

Orang mabuk tentunya bisa berbuat apa saja tanpa kendali,
atas nama mabuk.
Kalau aku mabuk, aku bisa saja membunuhmu.

Kenapa juga aku tidak mabuk saja tadi,
sehingga bisa melakukan apa yang aku inginkan?

Baiklah, hari ini aku adalah orang bodoh,
yang terlarut-larut dalam rasa sopan.
Padahal kesopanan tidak lagi berguna hari ini, mungkin sejak hari ini.

Lain kali aku akan mabuk,
camkan kata-kataku.

---------------------------------------------------------------------


Salam mawar nakal yang ternakal dari kebun mawar nakal.. :)

Fase Menjemukan Bukan Dalam Bercinta


Kejar aku, maka aku akan semakin berlari.
Semain cepat dikejar, semakin cepat berlari.

Sesekali aku berpikir permainan ini tidaklah menarik lagi.

Mudah ditebak, karena sering dimainkan.
Orang-orang yang memainkan cukup banyak.
Banyak yang berhasil, banyak juga yang gagal.

Mungkin ini yang disebut berada dalam fase menjemukan,
aku sebenarnya sudah lama bosan cuma saja aku tahan-tahan.

Berada di zona nyaman pun tidak menjamin tidak bisa merasa bosan,
apalagi merasa di dalam zona penuh ancaman.
Ya, penuh ancaman.

Ancaman itu sudah sering aku dengar sebelum ada yang mengatakannya kepadaku.

Memangnya kamu itu siapa, kok berani-beraninya mengancamku?

Aku tidak pernah takut kepada siapa pun,
aku cuma takut kepada sebagai wujud hormat.


Semain cepat dikejar, semakin cepat berlari.

Kamu tidak bisa memainkan permainan yang lebih menarikkah?

Aku bosan, sudah terlalu sering melihat sebelum menjalaninya.

Aku juga sudah bosan mengatakan ini kepadamu : Kamu bukan penghancur mimpi.

Senin, Juni 03, 2013

Gantung Mati Koruptor! Tembak Mati Anaknya! Lokalisasikan Cucunya!

Gantung mati koruptor!
Tembak mati anaknya!
Lokalisasikan cucunya!

Like father like son,
semua orang tahu itu, karena hampir sebagian besar hal itu benar-benar terjadi.
Sehingga apabila terjadi hal itu,
maka yang memiliki kesempatan berbeda adalah cucunya.
Orang tua seorang koruptor secara tidak langsung juga mengajari anaknya menjadi koruptor.

Cucu adalah anggota keluarga yang diduga tidak tahu apa-apa.
Tetapi tidak bisa lepas begitu saja dari urusan nenek moyangnya yang pernah melakukan korupsi.
Karena walau bagaimana pun juga dia adalah keturunan seorang tukang korupsi.
Bahkan kalau perlu dibuat tanda fisik tertentu dalam lokalisasi cucu-cucu koruptor.
Misalnya diberi tato jidatnya, atau mungkin dipotong tangan sebelah kanan, dll,
dan penyeragaman tanda fisik yang mudah diketahui orang lain.

Adanya lokalisasi dan pemberian tanda di fisik akan membuat malu para cucu-cucu koruptor,
tidak ada pembedaan lelaki dan perempuan, remaja atau anak kecil,
toh, pada waktu eyang mereka melakukan korupsi juga merampas hak orang lain tanpa mempedulikan keadaan orang lain.
Mereka harus tinggal dalam lokalisasi semacam panti asuhan,
atau mungkin dijadikan abdi negara, seperti tukang sampah jalanan, dsb.

Kenapa yang dibuat malu adalah cucu-cucunya?
Karena anak koruptor, yang memiliki presentase besar untuk meneruskan pola pikir koruptor, dan mereka pun sudah dihukum mati.
Sehingga generasi terakhir yang masih terkait adalah cucunya.

Eyang mereka tidak pernah memikirkan rasa malu sewaktu melakukan korupsi.
Bahkan ada yang tenang tenang saja, dan senang, sewaktu muka mereka terpampang di televisi tekait kasus korupsi.

Kenapa koruptor harus digantung?
Agar mereka merasakan seperti apa rasanya kesulitan bernafas.

Dan juga,
Lokalisasi anak-anak koruptor ini untuk memuaskan orang-orang yang menuntut dihukumnya para koruptor.
Karena setelah koruptor mati, bisa jadi bukti-bukti korupsinya baru terkuak,
hal ini sungguh sangat disayangkan.

Nilai positif mereka dilokalisasi dan diberi tanda fisik adalah mereka tidak perlu mengakui bahwa mereka adalah cucu seorang koruptor.
Ya, tidak perlu mengakui, seperti sewaktu eyang mereka melakukan korupsi.

Kenapa anaknya harus ditembak mati?
Agar anak-anak mereka tahu bagaimana rasanya orang-orang yang tiba-tiba saja dirampas hak hidupnya.
Toh, mereka juga secara langsung merasakan fasilitas hasil korupsi orang tua mereka.

Hukum mati koruptor dan anak-anaknya,
berikan hak hidup cucu-cucunya, biarkan mereka membayar apa yang sudah diperbuat oleh eyang mereka.


" Tidak usah berharap uang yang sudah digelapkannya untuk kembali.
Tetapi pastikan saja pelakunya, keturunannya, orang-orang di sekitarnya tidak dapat menikmati uang hasil korupsi. "