Selasa, April 30, 2013

Bu, sesuk rasah dodolan neng pasar. Demo Wae!



Mawar Nakal : Bu, sesuk rasah dodolan neng pasar.

Ibunya Mawar Nakal : Lha ngopo?

Mawar Nakal : Dalanne mesti macet banget.
Melu demo wae..!

Ibunya Mawae : Demo opo?

Mawar Nakal : Kowe khan dodolan neng pasar ki sakjane yo buruh.

Ibunya Mawar : Buruh kepiye?

Mawar Nakal : Pokoke sesuk melu demo wae.
Rega bensin meh diundhakke, mangkat demo wae.
Bayangke wae Bu, nek rega bensi mundhak rego liyane mesti yo melu mundhak.
Nek opo-opo mundhak uripe tambah angel.

Ibunya Mawar Nakal : Rasah bensin. Kabeh ki yo ngono, mundhak siji mundhak kabeh.
Kowe saben dino dolan wae ngentekke bensin wae ibu mung meneng wae.

Mawar Nakal : Sesuk May Day, pokoke Ibu melu demo wae.

Ibunya Mawar Nakal : May Day kuwi opo.

Mawar Nakal : Mbuh, pokoke Ibu melu demo wae.

Ibunya Mawar : Kowe ngomong dema demo dema demo kuliahmu kuwi lho ra rampung rampung!

Minggu, April 28, 2013

Beda Manusia dan Anjing?


Tujuan binatang hidup untuk memuaskan nafsu.
Memakan apa yang bisa dimakan, dan mengawini apa yang bisa dikawini.
Ini fakta.

Anjing tak harus mengawini apa yang seharusnya dikawini, semua akan disetubuhi kalau anjing itu menginginkannya. Contohnya adalah kaki majikan yang tiba-tiba saja dikawini karena tiba-tiba saja birahi.
Kejadian tersebut tidak berdasar adanya keinginan dan kesempatan, kalau ingin ya maka dilakukan.

Salah satu anjingku, C'est Beau (baca : Sebo), berkelamin lelaki, sudah berulang kali mengawini kaki saya.
Yang saya tahu ketika dia ingin kawin maka begitu saja anjing tersebut mengawini kaki saya.
Anjing perempuan saya, Xena (baca : Sena), usianya belum ada 3 bulan, saya melihatnya sendiri hampir dikawini oleh Sebo. Sena yang tidak tahu apa-apa tetap bermain-main bersama C'est Beau.

Kalau diumpamakan sebagai manusia apa tidak cilaka?
Manusia mengawini apa saja ketika ingin mengawini.

Beberapa hari yang lalu sekitar jam 1 pagi tiba-tiba saja C'est Beau membuat kegaduhan di kandangnya.
Saya ketakutan dan segera ke kandangnya. Ternyata dia membuat kegaduhan karena melihat ada seekor pit bull betina yang digembalakan.
Yang saya heran bukan kenapa C'est Beau membuat kegaduhan karena melihat anjing betina dan ingin mengawininnya, tetapi kenapa ada orang yang menggembalakan anjingnya pada jam itu?

Xena, seekor anjing betina kecil, bermasalah dengan apa yang masuk ke dalam mulutnya.
Kalau masalah tak pernah kenyang, semua anjing aku rasa begitu.
Anjing akan memakan apa yang bisa dia makan sampai perutnya tidak muat.

Xena memakan apa saja yang ditemuinya.
Aku kira hanya digigit saja untuk dipermainkan, ternyata dia berusaha untuk memakannya. 

Ada baiknya dia memakan apa saja yang dilihatnya,
aku menjadi lebih sering merapikan kamar agar dia tidak bisa menjangkau barang-barang lagi,
dan juga aku menjadi cepat menyelesaikan skripsi karena takut revisianku akan dimakan.

Permasalahan C'est Beau dan Xena sebenarnya sama,
anjing tidak tahu apa yang menjadi haknya atau bukan.
Butuh waktu tersendiri untuk menjelaskan kepada anjing bahwa ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Sebenarnya aku curiga bahwa anjing adalah binatang yang amat sangat pandai dan tidak perlu diajari apa pun untuk bisa hidup berdampingan dengan manusia.
Mungkin anjing adalah makhluk yang memiliki pola pikir unik,
kepandaiannya dalam bertahan hidup dan beradaptasi dengan sekitarnya ditutupi dengan sikap-sikap nakalnya.

Terlepas dari seberapa jenius anjing,
semua orang meyakini bahwa manusia lebih baik daripada binatang anjing.

Buatku tidak,
manusia tidak bisa dikatakan begitu saja lebih baik dari anjing.

Coba saja bandingkan sikap mengawini apa yang ingin dikawini dan memakan apa saja yang ingin dimakannya?
Apa bedanya? Tidak ada.
Jadi sama khan?



Aku sendiri beberapa hari ini sibuk memikirkan apa kelebihan manusia dibandingkan dengan anjing?


----------------------------------------------------------------------------------

Tiba-tiba Xena masuk ke kamar dan mengajak bermain,
padahal aku masih ingin menuliskan banyak hal disini..























Kamis, April 11, 2013

Luput


Aku punya teman mahasiswa,
orangnya bodoh, tidak bisa diajak berkomunikasi dengan baik.
Awalnya aku kira dia pandai karena statusnya sebagai mahasiswa,
setelah berbicara beberapa kalimat ternyata aku tahu dia tidak waras.

Aku merasa bodoh berbicara dengan orang bodoh,
akhirnya aku mencari teman seorang sarjana.
Semua orang pasti merasa dia adalah orang pandai, termasuk juga aku.
Dia bilang, dia cuma berhasil lolos dari standar pendidikan kampus.
Dia bilang, dia cuma mempelajari mati-matian teori-teori tertentu untuk ditanyakan lagi sewaktu ujian akhir.
Dia bilang, ada sarjana lain yang rajin mencontek sewaktu kuliah, ada yang membeli skripsi, dan ada juga yang membeli ijazah.

Kalau begitu kesimpulan akhirnya adalah berupa hafalan teori,
(kecurangan-kecurangan belum masuk dalam hitungan)

Jadi apa bedanya dengan pedagang di pasar yang tidak pernah bersekolah?
Pedagang di pasar bisa tahu harga kulakan dan dia tahu berapa harus menjualnya lagi.

Perbedaannya pedagang di pasar tahu cara menempatkan diri,
mereka selalu ramah kepada semua orang,
dengan sedikit pamrih agar mereka membeli dagangan yang dijualnya.
(urusan kebijaksanaan belum masuk dalam hitungan)

Berbahagialah Kamu


Kebahagiaan bukan menyangkut soal materi. 
Saya ingatkan lagi, tidak semua orang kaya raya hidupnya bahagia.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Kebahagiaan bukan juga menyangkut seberapa tingginya tingkat pendidikan,
saya mahasiswa, dan punya banyak teman yang kebetulan tidak menjadi mahasiswa sepertiku,
mereka baik-baik saja, dan tidak pernah ada masalah mengenai urusan jenjang pendidikan.
Hidup mereka wajar-wajar saja, baik apa adanya.

Justru yang menjadi aneh ketika anak-anak labil menjadi mahasiswa,
mereka berusaha mendoktrin diri kesana-kemari dalam upaya mencari identityas sebagai mahasiwa.

Sebenarnya mahasiswa itu apa?
Mahasiswa adalah pelajar, hanya saja tempatnya bukan di sekolah.
Perguruan tinggi bukan jaminan orang-orang yang belajar disana berwawasan tinggi.
Jadi tak ada gunanya membesar-besarkan istilah mahasiswa.

Mantan mahasiswa tidak semuanya berkualitas,
mereka berhasil lulus dengan wawasan rendah yang distandarkan oleh sekolahnya,
kebijaksanaan cara berpikir mereka yang tidak pernah diketahui orang lain, tidak pernah dipertanyakan.
Para mantan mahasiswa itu tiba-tiba saja mendapat titel yang membuat sebagian orang iri.
Orang-orang yang iri tadi tentunya tidak tahu apa-apa tentang mahasiswa, kali ini saya sok tahu.
Mahasiswa adalah orang biasa, orang bertitel adalah orang biasa, semua sama saja dan tidak ada bedanya.

Kebahagiaan tidak menyangkut seberapa tingginya tingkat pendidikan.
Pandangan kebahagiaan berdasar seberapa tinggi tingkat pendidikan adalah lelucon bodoh yang serius. 

Kalau masih tidak percaya, saya bisa mengenalkan kepada beberapa kenalan saya,
ada yang mahasiswa, dan mantan mahasiswa, mereka tidak waras, sama seperti saya.

Mereka hampir bisa disebut pelawak kalau saja mempunya waktu-waktu yang dikhususkan untuk ditonton orang lain.

Salah satu unsur komedi dalam sebuah lawakan adalah menghina/ merendahkan diri sendiri,
disadari atau tidak mereka sering melakukan hal tersebut, sama halnya seperti saya.
Dan orang-orang yang berpikir kebahagiaan berdasar tingkat pendidikan yang tinggi juga akan menjadi pelawak,
mereka merendahkan diri sendiri, dan dampaknya orang lain akan menertawakannya.
Masih tidak percaya kalau kebahagiaan tidak berhubungan dengan pendidikan?


Singkatnya saya mau bilang,
Orang yang tidak berpendidikan sama sekali pun bisa bahagia.

-------------------------------------------------------------------------------------

Orang-orang yang sengaja menunjukan dirinya sebagai orang berpendidikan sebenarnya mereka sedang melawak, dan sangat patut untuk ditertawakan.